MATAHARI DAN BULAN
Siang itu, cuaca sangat panas sekali. Saking panasnya, manusia mencari tempat untuk berteduh. Dengan kekuatan penuh, matahari menyinari bumi hingga sangat menyengat di kulit. Ia pancarkan sinar yang panas ke bawah saat siang hari.
Baca juga dongeng cerita anak terbaru
“Cuaca begitu panas siang ini, aku harus mencari tempat berteduh” kata rumput.
“Hay, rumput. Kamu mau kemana?. Aku juga kepanasan nih, tunggu aku” sapa kerbau.
“Aku mau mencari tempat yang teduh biar tidak kepanasan. Nampaknya matahari sedang kuat-kuatnya menyemburkan panas ke bumi.” jawab rumput.
“Apa yang kamu lakukan, awan mendung? mengapa kau menutupi sinarku?
“Kamu tidak kasihan mereka, matahari? lihatlah dibawah sana, mereka kepanasan. Aku hanya memberi sedikit kesejukan kepada mereka” jawab awan mendung.
“Aku tidak peduli, pokoknya kamu harus minggir” bentak matahari.
“Kenapa kamu marah kepada mereka, beri aku alasannya?” tanya awan mendung.
“Mereka memandangku cuma sekilas dan tidak pernah memujiku. Mereka tidak suka kalau aku tepat diatas mereka” jawab matahari.
“Itu hanya perasaanmu saja, matahari” ucap awan mendung.
“Jika kamu tidak percaya kepadaku, datanglah kamu nanti malam disini” tambah matahari.
“Aku jadi penasaran, baiklah aku nanti akan datang” jawab awan mendung.
Malam pun tiba, matahari menenggelamkan dirinya. Bulan muncul menggantikan tugas matahari. Sinarnya begitu indah, tidak panas dan tidak menyilaukan. Mereka yang dibawah memandangi bulan penuh rasa kagum. Pelan-pelan awan mendung pun datang untuk membuktikan perkataan matahari.
“Hay, bulan” sapa awan mendung.
“Iya, awan mendung. ada apa kamu malam-malam keluar? apa kamu ingin menghalangi sinarku dan menurunkan hujan kepada mereka?” jawab bulan.
“Tidak, bulan. aku hanya datang sebentar saja. Aku kagum dengan keindahan sinarmu, mereka dibawah juga selalu memujimu keindahanmu” ucap awan mendung.
“Sekarang aku tahu yang sebenarnya. Ya sudah aku pamit dulu ya, bulan” tambah awan mendung.
Waktu terus berjalan bersama malam yang indah, tak terasa pagi menjelang. Matahari pun muncul kembali menyinari bumi ini. Awan mendung pagi-pagi sekali datang menemui matahari.
“Selamat pagi, matahari. Kenapa kau agak malas hari ini? biasanya kau begitu semangat dengan sekuat tenaga menyorotkan sinarmu kebawah” ucap awan mendung.
“Kamu sudah tahu awan mendung, aku sedang malas sekarang” jawab matahari.
“Kenapa mereka selalu marah ketika aku bersinar di siang hari?” tanya matahari.
“Mereka tidak marah, justru sebenarnya mereka senang, karena mereka bisa tumbuh dengan sempurna karena sinarmu. Sekarang bersinarlah terang. Karena tanpa sinarmu, mereka akan mengalami kegelapan. Kamu sangat penting untuk mereka” jelas awan mendung.
Mendengar nasehat awan mendung, matahari kembali bersinar terang. Makhluk dibawah pun senang, karena mereka membutuhkan sinar matahari untuk aneka keperluan mereka. Matahari akhirnya menyadari bahwa betapa pentingnya sinarnya dan bulan bagi kehidupan makhluk di bumi.
“Jadilah seperti matahari dan bulan, tak letih menyinari bumi ini. Jangan pernah letih berbuat kebaikan dan menolong orang lain”
LUMBA - LUMBA PENOLONG
Di laut yang luas dan dalam, hidup keluarga lumba-lumba yang bahagia. Mereka terdiri dari ayah, ibu dan dua anak yang bernama Sasa dan Sisi. Walau mereka kembar, tapi mempunyai sifat yang berbeda. Sasa sebagai kakaknya mempunyai sifat berani dan keras, sedangkan Sisi adiknya mempunyai sifat suka menolong dan ramah. Sepi sekali di rumah jika mereka tidak ada, banyak hal yang mereka lakukan jika mereka sedang dirumah, apalagi saat makan, ada saja ulah mereka itu, melihat anak-anaknya yang seperti itu, ayah dan ibu mereka tidak pernah marah.
Pada pagi hari yang cerah, ayah dan ibu lumba-lumba keluar rumah untuk mencari makanan.
Baca juga dongeng fabel hiu yang suka berbohong
“Sasa, Sisi, ibu dan ayah mau mencari makanan buat kita makan nanti, kalian jangan main jauh-jauh ya,” kata ibu Sasa Sisi.
“Iya Bu, kami tidak main jauh-jauh” jawan Sasi dan Sisi.
Baca juga dongeng fabel kancil dan paus
“Kak, aku takut. Aku bukan seperti kakak yang pemberani,” teriak Sisi.
“Kamu tidak usah takut, Sisi. tetap bersamaku, jangan jauh-jauh,” bujuk Sasa.
“Iya, kak. Tapi jangan cepat-cepat berenangnya, jangan tinggalin Sisi ya kak,” pinta Sisi.
“Iya, kamu tenang saja, mana mungkin aku meninggalkan adikku di lautan sepas seperti ini,” jawab Sasa.
Perasaan orang tua kepada anaknya sungguh sangat peka. Ketika ditengah perjalanan, kedua orang tua Sasa dan Sisi gelisah memikirkan keadaan anak-anaknya.
“Firasatku tidak enak, pak. Meninggalkan Sasa dan Sisi” tanya ibu lumba-lumba.
“Ibu tidak usah khawatir, mereka akan baik-baik saja. Bapak percaya bu, mereka bisa menjaga diri” jawab bapak lumba-lumba.
Setelah suasana lautan reda, ombak kembali normal dan angin sudah seperti biasanya, Sasa dan Sisi pulang ke rumah, dan mereka sangat terkejut melihat sebuah kapal kecil yang karam karena ombak besar tadi. Ada dua orang yang tenggelam. Tampaknya mereka tidak bisa berenang dan mencoba untuk naik ke permukaan laut, namun gagal. Melihat kejadian itu, Sasa dan Sisi berniat untuk menolong mereka.
“Ayo kak, kita tolong mereka” ajak Sisi.
“Iya Si, kasihan mereka tidak bisa berenang” jawan Sasa.
Sasa dan Sisi langsung berenang menuju kedua orang itu, lalu mereka menaikkan tubuh orang itu dengan pundak mereka. Sasa membawa satu orang dan Sisi juga membawa satu orang.
“Aku melihat daratan, kak” kata Sisi.
“Kita antarkan mereka ke daratan itu, Si. Sepertinya itu sebuah dermaga.” ucap Sasa.
Sesampainya di daratan, Sasi dan Sisi meletakkan kedua orang itu di pasir. Disana banyak sekali orang-orang yang tahu kejadian itu, mereka berlari mendekat.
“Ada lumba-lumba menolong Anton, tadi aku lihat kapalnya tenggelam,” kata salah satu orang itu.
“Terima kasih lumba-lumba, sudah menolong teman kami,” ucap mereka sambil mengelus-elus Sasa dan Sisi.
Mereka berdua menganggukkan kepala, lalu mereka kembali ke laut sambil melompat ke atas, orang-orang bertepuk tangan dan bersorak memuji lumba-lumba itu.
Baca juga dongeng fabel kambing yang serakah
“jika kamu malas untuk menolong orang lain, maka bayangkanlah jika tak ada seorangpun yang mau menolong kamu.”
TIPU DAYA MONYET
Di sebuah hutan yang lebat, ada seekor monyet kecil bernama Mimi yang suka meloncat kesana kesini. Ia gemar bermain dan sering lupa waktu jika dia sibuk bermain. Sambil makan pisang, dia bergelantungan di pohon dengan riang gembira. Mimi mempunyai sahabat, namanya Popo. kemana Mimi pergi, Popo pasti selalu menemani. Namun Popo mempunyai tubuh yang besar sehingga kurang lincah bila melompat-lompat, sering kali Mimi mengerjainya.
Baca juga dongeng fabel kancil dan paus
Pada saat asyik bermain di pohon dekat sungai, terlihat seekor buaya datang menghampiri mereka berdua, Mimi dan Popo menyapa buaya itu. “Hai Buaya, apa kabarmu hari ini?” Mimi dan Popo menyapa. “Kabarku baik-baik saja, bagaimana kabar kalian berdua?” jawab buaya lanjut bertanya. “Kabar kami berdua juga baik-baik saja” jawab Mimi. “Ada keperluan apa kamu datang kemari, buaya?” lanjut tanya Mimi. “Ah, tidak apa-apa kok. Aku hanya ingin bermain bersama kalian” jawab buaya gagap. “baiklah kalau begitu, ayo kita bermain sekarang” ajak Mimi.
“Kita bermain diseberang saja, disana terdapat tempat yang indah dan asyik untuk bermain” bujuk buaya. “Wah, pasti menyenangkan ini, tapi kami tidak bisa berenang, buaya” tanya Mimi. “Tenang saja, aku akan mengantarkan kalian ke seberang, naik ke punggungku sekarang” jawab buaya. Mimi yang pertama kali di seberangkan oleh buaya itu, dari kejauhan, nampaknya Popo mulai curiga, ia melihat tingkah laku buaya yang aneh, padahal mereka baru kenal, kok tiba-tiba buaya itu bersikap baik kepada mereka berdua. “Harusnya tadi aku mengingatkan Mimi untuk waspada, semoga perkiraanku salah” gumam Popo sendirian.
Sekembalinya buaya dan Mimi dari seberang, Popo lega karena tidak terjadi apa-apa seperti yang dipikirkannya. “Hai Popo, disana ada tempat bermain yang indah sekali, kamu tidak ingin melihatnya?” sapa Mimi. “Tidak Mimi” jawab Popo. “Sekarang aku pamit pulang dulu ya” kata buaya. “Ya buaya, terima kasih ya” jawab Mimi. Buaya pun meninggalkan mereka berdua di pinggir sungai, sementara Popo terus memandangi buaya dengan penuh rasa curiga. “Kita harus hati-hati, Mimi. Aku punya firasat yang tidak baik dengan buaya itu” Popo mengingatkan. “Memang kenapa, Popo” tanya Mimi. “Aku melihat perlaku aneh, sorot matanya menandakan ia mempunyai maksud yang tidak baik, Mimi” jawab Popo. “Itu cuma perasaanmu saja, kalau dia punya niat tidak baik, pasti di seberang tadi aku sudah di makannya” bantah Mimi. “Itulah kenapa tadi aku memperhatikan kamu terus, dia tahu aku mengawasinya,” jawan Popo. “Jangan berpikiran buruk dulu, Popo,” ucap Mimi.
Baca juga dongeng fabel kambing yang serakah
Keesokan harinya, Mimi sedang bergelantungan di pohon pinggir sungai sendirian dan Popo belum datang untuk bermain dengan Mimi. “Hari yang indah ya?, kamu sendirian, Mimi?” sapa buaya. “Eh kamu buaya, iya nih aku sendirian, Popo belum datang” jawan Mimi. “Kita kesebarang lagi yuk, Mimi” ajak buaya. “Wah, menarik juga nih. Ayo kita berangkat sekarang” jawab Mimi. Dengan gembira Mimi melompat ke punggung buaya, mereka pun berangkat ke seberang. Ditengah perjalanan, buaya berkata kepada Mimi. “Sebenarnya aku sedang mencari obat untuk raja buaya yang sedang sakit.” “Apa obat yang bisa menyembuhkan penyakit rajamu, buaya?” tanya Mimi. “Obatnya adalah hati dan jantung monyet” jawab buaya.
Mendengar jawaban buaya, Mimi terkejut bukan main. Ia sadar maksud buaya itu. “ternyata si Popo benar, aku harus cari cara untuk menyelamtakan diri sebelum aku di bunuh buaya untuk di ambil jantung dan hatiku” kata Mimi dalam hati. Sambil berpikir, Mimi menemukan akal untuk menyelamatkan diri. “Baiklah buaya, setelah di seberang, engkau boleh mengambil jantung dan hatiku, tapi ijinkanlah aku menikmati pemandangan indah itu untuk terakhir kalinya” akal Mimi. “kamu serius, Mimi?” jawab buaya. “Demi menyelamatkan raja mu, aku siap mengorbankan nyawaku” ucap Mimi. “Baiklah, nikmatilah pemandangan itu sepuas hatimu” jawan buaya.
Setelah sampai di seberang, dengan sedikit gemetar, Mimi akhirnya melompat ke daratan. Nampaknya buaya baru sadar kalau dia di tipu oleh Mimi. Di seberang sudah ada Popo yang menunggu bersama seekor burung besar untuk mengantarkan Mimi kembali di tempat semula. Popo sengaja tidak datang karena sudah tahu niat buaya. Mimi mengucapkan terima kasih kepada Popo, karena sudah mengingatkan dia.
“Perangkap biasa mengenai siapa-saja, tapi kehati-hatian selalu membuat segala jebakan terungkap. Mata harus tetap waspada, tindakan harus tetap hati-hati, tapi kaki harus tetap berlari kencang.”
Demikianlah kumpulan dongeng tentang binatang. Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar